Pemanfaatan Teknik Pelilinan Pada Buah yang Baru Di Panen. Biasanya dilakukan pada buah yang ingin di Ekspor dan di Impor.
Tujuan Pelilinan
Selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah sust bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Biasanya pelilinan akan diikuti dengan pemberian fungisida.
Macam Bahan Untuk Pelilinan
Pelilinan tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau minyak kacang, namun sekarang jarang digunakan. Yang umum digunakan adalah menggunakan emulsi lilin. Lilin (wax) merupakan ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh.
Jenis-jenis lilin yang bisa dipakai:
v Lilin Carnuba
Berasal dari pohon palem (Copernica cerifer) Bentuk fisik keras dan kedap air. Sering digunakan karena harganya murah, mudah dipakai tetapi daya kilapnya rendah.
v Shellac
Menghasilkan daya kilpa terbaik namun mudah memucat/memutih bila disimpan dalam ruangan pendingin (cold storage). Merupakan jenis lilin yang paling popular digunakan meskipun harganya relatif mahal. Umumnya digunakan untuk ekspor ke Jepang.
v Lilin lebah (Cera vlava)
v Lilin tebu
v Spermaceti
v Lilin Buah Komersial (Decco Wax Lustr Wax 231, Semperfresh)
Teknik Pelilinan
Lilin diberikan dalam bentuk emulsi. Penggunaan emulsi lilin dalam air lebih aman dibandingkan pelarut jenis lain yang mudah terbakar. Emulsi lilin dalam air dapat langsung digunakan tanpa harus mengeringkan buah terlebih dahulu. Emulsi lilin hendkanya menggunakan air suling/aquades, tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air sadah akan merusak emulsi lilin. Bahan pengemulsi yang biasa digunakan adalah trietanolamina (TEA) dan asam oleat.
Konsentrasi lilin yang digunakan untuk buah jeruk berkisar 4%-12%. Pembuatan emulsi dengan pengemulsi TEA dan asam oleat menggunakan perbandingan lilin:TEA:asam oleat, 6:2:1. Misalnya untuk pembuatan emulsi lilin 6%, dibutuhkan 60% lilin, 20% TEA dan 10% asam oleat. Jumlah air (Aquades) yang ditambahkan adalah hasil pengurangan 1.000 ml – (60+20+10) = 910 ml aquadest.
Pembuatan campuran lilin adalah sebagai berikut:
o Sebelum aplikasi pelilinan, buah jeruk dicuci bersih dengan busa lembut untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan kulit, kemudian ditiriskan hingga kering.
o Fungisida dapat diberikan sebelum pelilinan dengan pencelupan buah dengan benomil 0.1% dan tribendazole (TBZ) 0.1% selama 30detik atau campurkan langsung pada emulsi lilin.
o Buah harus dalam keadaan kering saat akan dililin. Aplikasi pelilinan pada buah dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, pencelupan, penyikatan dan pemberian dalam bentuk foam.
o Teknik yang paling popular atau komersial adalah penyemprotan dengan tekanan rendah. Pada skala besar digunakan mesin yang dirancang khusus dan dioperasikan dengan komputer, sehingga pelilinan lebih efektif dan efisien. Untuk satu ton buah hanya dibutuhkan 1.5 liter lilin. Setelah pelilinan, buah ditiriskan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Pelilinan biasanya dibarengi dengan penyimpanan suhu rendah untuk memperpanjang daya simpan buah.
Sumber: Lolit Jeruk 2004
Dulu, buah impor hanya bisa dibeli oleh mereka yang berkantong tebal. Membeli buah impor malah kerap disangkutkan dengan prestise. Tapi sekarang, buah impor terlihat lebih merakyat.
Tak hanya di supermarket atau toko swalayan, buah impor kini makin mudah ditemui di kios-kios buah di pinggir jalan. Soal harga, terkadang buah lokal pun kalah bersaing. Tetapi, tahukah Anda perlakuan apa saja yang telah dialami buah impor sebelum sampai ke tangan pembeli di Indonesia?
''Di negeri asalnya, begitu selesai dipanen, buah akan dimasukkan ke gudang. Bisa jadi yang dilepas lebih dulu ke pasar adalah buah hasil panen musim sebelumnya. Itulah sebabnya mengapa sering ditemui apel yang tampak segar di kulitnya namun berdaging kecokelatan,'' urai Ketua Pusat Kajian Buah Tropika, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Sobir.
Buah hasil panen terdahulu itu kemungkinan besar diawetkan terlebih dulu sebelum dikirim ke negara tujuan. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis parafin. ''Lapisan lilin ini akan menghambat penguapan saat proses pembusukan buah berlangsung,'' imbuh Sobir.
Lapisan lilin biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, dan mangga. Tidak cuma untuk memperpanjang usia buah, pelilinan juga memiliki tujuan estetika. ''Lilin akan membuat buah tampak lebih segar dan mengkilat,'' kata Sobir.
Di beberapa negara, teknik pelilinan sebetulnya sudah dilarang. Namun, tak pasti benar alasannya. Ada pula negara yang mensyaratkan jenis parafin tertentu saja yang boleh digunakan. ''Indonesia tidak memiliki aturan tentang hal ini,'' ujar Sobir.
Untuk buah apel, pelilinan biasanya dilakukan segera setelah pemetikan dan pencucian. Dengan begitu, apel akan lebih tahan lama di gudang. ''Soal pelilinan, terkadang eksportir melakukannya sebelum pengiriman,'' ungkap Sobir.
Pelilinan tidak begitu sering ditemui pada pear. Negara penghasil biasanya mengekspor pearnya karena kelebihan produksi. ''Itu pula yang membuat harga pear menjadi murah,'' urai Sobir.
Selain penggunaan lilin, pemakaian pestisida juga mengancam konsumen buah impor. Sebelum panen tiba, semprotan pestisida lazim dipergunakan di perkebunan non organik. Alhasil, ketika dipetik, pestisida masih menempel di kulit buah. ''Sayangnya, Indonesia tidak bisa melarang pemakaian pestisida untuk buah impor lantaran ketidakmampuan memenuhi standar serupa untuk produk buah dalam negerinya,'' sesal Sobir.
Buah impor yang rawan kandungan pestisida adalah anggur. Tomat dan paprika hasil panen dalam negeri, kata Sobir, juga kerap tercemar pestisida. ''Tetapi, pada umumnya buah lokal justru lebih aman karena bisa dikatakan berasal dari perkebunan semi organik.''
Tips membeli
Ketiga risiko tadi -- bukan hasil panen teranyar, pelilinan, serta pemakaian pestisida -- menghantui penikmat buah impor. Lantas bagaimana caranya agar tidak terkecoh dengan tampilan segar buah impor? ''Teliti dulu sebelum membeli,'' saran Sobir.
Ingin membeli apel? Sebaiknya perhatikan dulu musim apa sekarang di Amerika Serikat. Jika di sana sudah masuk musim dingin tunda beli apel. Jangan membeli bertepatan dengan awal panen di sana. ''Biasanya, yang dijual di Indonesia adalah apel yang sudah digudangkan untuk beberapa waktu,'' cetus Sobir.
Lantas, jangan membeli hanya karena tampilan buah yang mengkilat. Sekilas, mungkin buah impor itu terlihat lebih segar dari buah sejenis lainnya. Tetapi, bisa jadi itu hanyalah kesan yang ingin dihadirkan oleh pengimpor buah. ''Hindari membeli buah yang mengkilat,'' cetus Sobir.
Selain mewaspadai kilatan kulit buah, konsumen juga mesti memerhatikan fisik buah secara lebih teliti. Pastikan tidak ada bercak-bercak putih pada buah yang hendak dibeli. ''Bercak putih ini menandakan tingginya kadar pestisida yang terpapar pada buah, misalnya pada apel impor dan tomat lokal,'' ungkap Sobir.
Jika memang buah impor yang menjadi pilihan, Sobir menyarankan agar konsumen cermat dalam membersihkan. Sebelum disimpan, buah harus dibersihkan terlebih dahulu. Perlakuan antara buah yang tercemar pestisida berbeda dengan buah yang diberi lilin pelapis. ''Berbeda dengan pestisida, lilin tidak larut dalam air,'' tutur Sobir.
Pestisida yang menempel pada kulit buah anggur, misalnya, bisa dihilangkan dengan mudah. Itu karena sifat pestisida yang larut dalam air. ''Cukup diguyur dengan aliran air, pestisidanya akan rontok,'' kata Sobir.
Sementara itu, perlakuan terhadap buah yang diberi lapisan lilin jauh lebih merepotkan. Buah harus dicuci dengan menggunakan sabun. ''Tanpa sabun, mustahil lapisan minyak pada lilin pelapis bisa luntur,'' papar Sobir.
Setelah dicuci bersih, buah harus dikeringkan. Jika sudah kering, simpanlah di lemari pendingin. ''Bungkuslah buah dalam plastik dengan porsi sesuai kebutuhan. Plastik penyimpan sebaiknya tidak sering dibuka tutup, sehingga buah akan segar lebih lama,'' urai Sobir.
(rei )
Bagi negeri kita yang sepanjang tahun panas dengan kelembaban tinggi, buah tomat mengalami respirasi yang tinggi, sehingga tanamannya cepat berbuah dan cepat
pula masak. Bahkan proses respirasi ini terus berlangsung ketika buah telah dipetik dari pohonnya.
Namun di tempat ini kelembabannya tinggi karena barang-barang yang mudah
menguap juga tersimpan di sini, sehingga proses respirasi tidak dapat dihambat dengan baik.
Untuk mengatasinya, kurangi timbunan produk-produk respirasi. Penghambatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Buah-buah tomat impor yang kita dapati di
beberapa supermarket biasanya dibungkus dengan plastik polyethilen. Cara ini cukup baik, karena cukup efektif menekan pembentukan CO2 dan H2O.
Cara paling mudah, murah, dan aman bagi tomat-tomat dalam negeri adalah adalah menyimpannya dalam kotak kayu yang higroskopis sehingga dapat menyerap H2O
dan di bagian bawahnya diberi kapur tohor atau Ca(OH)2 untuk mengikat CO2, serta
disimpan di tempat yang kering dan teduh. Bila buah tomat yang disimpan masih berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah tomat sampai 2 minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar