Custom Search

Kamis, 11 Desember 2008

Negri Yang Kaya akan Budaya !! Bangga saya !!

Mengingat Negri kita tercinta ini adalah negri yang amat sangat kaya akan budaya, tapi masih banyak hasil karya moyang kita yang beraneka ragam itu dicuri dan bahkan dikembangkan oleh negara2 lain dan ada yang sampe2 mengklaim bahwa seni budaya kita tadi adalah milik negara itu. Sungguh tragis.. hasil karya kita, yang sudah sangat susah kita buat dan kembangkan.. akhirnya diklaim oranglain bahwa itu adalah hasil karyanya !! Huhuhuhu.....

Bangsa yang maju dan besar adalah negara yang bisa menghargai sejarah bangsanya baik seni dan budayanya !! Dinegri kita yang indah ini masih banyak ide yang tergumpal di otak karena takut bila dipublikasikan ada orang yang mencuri ide itu lalu mengembangkannya. Hak cipta adalah 1 hal yang amat sangat penting bagi Penemu2 ide dahsyat ini.. Saya sendiri bingung, dimana saya bisa mendapatkan informasi dan tata cara bagaimana saya bisa memiliki hak cipta itu. Agar saya tidak takut2 untuk mempublikasikannya. Mungkin anda juga memiliki ide cemerlang tapi karena takut ide anda itu dicuri dan dikembangkan org lain. Anda tidak mempublikasikannya.

Mungkin juga saya kurang mendapatkan informasi !! Bisakah anda memberitahukan kepada kami-kami ini yang belum tau ??!! [ Sisipkan di Kotak Kritik dan Saran di bawah ]

Dan kini kita mempelajari salah satu seni budaya kita !

- DRAMA TRADISIONAL TEATER LUDRUK



Ludruk berasal dari Jawa Timur dikenal sebagai suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian. Tema dalam pertunjukkan ini biasanya tentang kehidupan rakyat sehari-hari, perjuangan disertai dengan lawakan yang diiringi dengan alunan musik gamelan. Kesenian Ludruk merupakan artikulasi budaya masyarakat Surabaya. Karateristik masyarakakat surabaya tercermin dalam kesenian Ludruk ini. Kondisi masyarakat yang lugas, blak-blakan dan guyonan yang kasar bahkan terkesan urakan, terefleksi dalam Ludruk. Gambaran tersebut akan memberikan pengertian kepada kita perbedaan yang ada dalam budaya Jawa, antara masyarakat Jawa Timur (Surabaya) dengan masyarakat Jawa Tengah (Surakarta atau Yogyakarta).

Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkotan, etc).

Ludruk berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah. Cerita ketoprak sering diambil dari kisah zaman dulu (sejarah maupun dongeng), dan bersifat menyampaikan pesan tertentu. Sementara ludruk menceritakan cerita hidup sehari-hari (biasanya) kalangan wong cilik.
Menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847), Ludruk artinya Grappermaker (badutan). Sumber lain menyatakan ludruk artinya penari wanita dan badhut artinya pelawak di dalam karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930). Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984) bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.

Ludruk tidak terbentuk begitu saja, tetapi mengalami metamorfosa yang cukup panjang. Kita tidak punya data yang memadai untuk merekonstruksi waktu yang demikian lama, tetapi saudara hendricus Supriyanto mencoba menetapkan berdasarkan nara sumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh pak Santik dari desa Ceweng, Kecamatan Goda kabupaten Jombang.


Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair syair dan tabuhan sederhana, pak Santik berteman dengan pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata .Wong Lorek.. Akibat variasi dalam bahasa maka kata lorek berubah menjadi kata Lerok.

Ludruk bisa digolongkan sebagai media seni daerah yang realis. Sebagaimana dikemukakan George Lukacs—penganut dan pemikir seni-seni realis—persoalan utama dalam seni adalah relasi antara seni dan realitas sehari-hari. Seni adalah karya yang memiliki daya transformasi, yakni untuk mengubah kesadaran manusia. Seni akan menggerakkan orang kalau ia benar-benar indah. Keindahan baru akan tampak kalau seni secara jujur menampilkan kebenaran. Sementara kebenaran, dalam realitas sosial, adalah kenyataan adanya penderitaan, keterasingan, dan kecacatan manusia (dalam Ibe Karyanto, 1997:97).

Cerita yang diangkat kedalam pertujukan teater tradisional ludruk bisa diambil dari cerita rakyat seperti, cerita perjuangan arek-arek Suroboyo “Sawunggaling” yang dikisahkan sangat gigih melawan penjajah, juga cerita roman seperti “Ande-ande lumut”. Sedangkan cerita lain yang bisa diangkat kedalam cerita kesenian ludruk bisa juga kejadian sehari hari seperti, Tangis Warga Stren Kali, Banjir Kabupaten lamongan, Bandit Suroboyo.
Selain itu bisa juga cerita-cerita rakyat dari Kabupaten Ponorogo “Warok Suro Menggolo”. Cerita ini diangkat oleh kesenian ludruk sangat populer yang menceritakan rakyat jelata, dengan perilaku kebiasaan sehari hari. Cerita bisa juga dikemas dalam bentuk cerita yang mengandung pesan tentang Bahaya Narkoba, Ngebut Membawa Maut dan Perawan Disarang Penyamun yang semuanya merupakan cerita-cerita yang bisa dikemas menjadi sebuah hiburan yang menarik juga mendidik.

- TARI

Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerakan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.
Tari Remo merupakan tari selamat datang khas Jawa Timur yang menggambarkan kharakter dinamis Masyarakat Surabaya / Jawa Timur Yang dikemas sebagai gambaran keberanian seorang pangeran.tarian itu diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending yang terdiri dari bonang, saron, gambang, gender, slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan gong dan irama slendro.

Biasanya menggunakan irama gending jula-juli Suroboyo tropongan, kadang kadang diteruskan dengan walang kekek,gedong rancak, krucilan atau kreasi baru lainnya. Gendingnya adalah Jula-Juli Suroboyo, Tropongan, kadang – kadang dilanjutkan dengan Walang Kekek, Gedog Rancak, Krucilan atau kreasi baru lainnya.Tari Remo terdiri dari 2 (dua) gaya,yaitu perempuan dan laki-laki yang dapat ditampilkan secara bersama-sama atau secara tunggal bahkan dalam suatu grup massal untuk menghormati tamu.

Tari remo dapat ditarikan dengan gaya wanita atau gaya pria baik di tampilkan secara bersama-sama atau bergantian. biasanya tari ini di tampilkan sebagai tari pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit jawa timuran. penarinya menggunakan jenis kostum yaitu sawonggaling atau gaya surabaya yang terdiri dari bagian atas hitam yang menghadirkan pakaian abad 18,celana bludru hitam dengan hiasan emas dan batik.dipinggang ada sebuah sabuk dan keris .dipaha kanan ada selendang menggantung sampai kemata kaki. penari perempuan memakai simpul(sanggul)di rambutnya di sebutkan bahwa tarian remo ini di promosikan sekitar tahun1900, yang kemudian dimanfaatkan oleh nasionalis indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat.

- MUSIK


Sebuah pementasan ludruk biasa diiringi dengan gamelan.Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.

Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut

* Kendang
* Bonang
* Bonang Penerus
* Demung
* Saron
* Peking (Gamelan)
* Kenong & Kethuk
* Slenthem
* Gender
* Gong
* Gambang
* Rebab
* Siter
* Suling

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.


Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)"Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar